Rabu, 02 Januari 2013

Allah Ada tanpa tempat

Ibnu al-Jauzi juga menegaskan akidah Islam serupa dalam kitab Daf’u Syubahi at Tasybîh, ia berkata:
وكذا ينبغي أن يقال ليس بداخل في العالم وليس بخارج منه ، لان الدخول والخروج من لوزام المتحيزات.
“Demikian juga harus dikatakan bahwa Dia tidak berada di dalam alam dan tidak pula di luarnya. Sebab masuk dan keluar adalah konsekuensi yang mesti dialami benda berbentuk.”[ Daf’u Syubah at Tasybîh (dengan tahqiq Sayyid Hasan ibn Ali as Seqqaf):130]))


Imam Ghazzali menegaskan dalam kitab Ihyâ’ ‘Ulûmuddîn-nya,4/434:
أن الله تعالى مقدس عن المكان ومنزه عن الاقطار والجهات وأنه ليس داخل العالم ولا خارجه ولا هو متصل به ولا هو منفصل عنه ، قد حير عقول أقوام حتى أنكروه إذ لم يطيقوا سماعه ومعرفته ”
“Sesungguhnya Allah –Ta’ala- Maha suci dari tempat dan suci dari penjuru dan arah. Dia tidak di dalam alam tidak juga di luarnya. Ia tidak bersentuhan dengannya dn tidak juga berpisah darinya. Telah membuat bingun akal-akal kaum-kaum sehingga mereka mengingkari-Nya, karena mereka tidak sanggunp mendengar dan mengertinya.”

Telah dinukil dari Imam Syafi’i bahwa ia berkata:
إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان لا يجوز عليه التغيير في ذاته ولا التبديل في صفاته.
”Sesungguhnya Allah –Ta’ala- telah ada sedangkan belum ada tempat. Lalu Dia menciptakan tempat. Dia tetap atas sifat-Nya sejak azali, seperti sebelum Dia menciptakan tempat. Mustahil atas-Nya perubahan dalam Dzat-Nya dan pergantian pada sifat-Nya.”[ Ithâf as Sâdah,2/24]))

Syaikh Al-Albani dalam Mukhtashor Al-Uluww

إذا أحطت علما بكل ما سبق استطعت بإذن الله تعالى أن تفهم بيسر من الآيات القرآنية والأحاديث النبوية والآثار السلفية التي ساقها المؤلف رحمه الله في هذا الكتاب الذي بين يديك (مختصره) أن المراد منها إنما هو معنى معروف ثابت لائق به تعالى ألا وهو علوه سبحانه على خلقه واستواؤه على عرشه على ما يليق بعظمته وأنه مع ذلك ليس في جهة ولا مكان.

“Jika (penjelasan) yang lewat telah kamu ketahui, maka dengan izin Allah, dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi serta atsar-atsar kalangan salaf yang telah dicantumkan oleh pengarang (al-Dzahabi) -rahimahullah- di dalam kitab ini yang di depanmu ini, maka kamu akan dengan mudah memahami bahwa yang dimaksud dari (teks-teks) itu adalah sebuah makna yang tsâbit dan dapat diketahui, serta yang layak bagi Allah ta‘âlâ. -Makna itu adalah- bahwa tinggi dan istiwâ’-Nya atas ‘arasy adalah berdasarkan yang layak untuk keagungan-Nya. Sementara dengan hal itu, Dia tiada berjihat (arah) dan tiada bertempat”.

Allah ada tanpa tempat

Abu Hanifah :
ونقر بأن الله سبحانه وتعالى على العرش استوى من غير أن يكون له حاجة إليه واستقرار عليه، وهو حافظ العرش وغير العرش من غير احتياج، فلو كان محتاجا لما قدر على إيجاد العالم وتدبيره كالمخلوقين، ولو كان محتاجا إلى الجلوس والقرار فقبل خلق العرش أين كان الله، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا.
”Kami menetapkan (mengakui) bahwa sesungguhnya Allah SWT beristiwâ’ di atas Arsy tanpa Dia butuh kepadanya dan tanpa bersemayam di atasnya. Dialah Tuhan yang memelihara Arsy dan selainnya tanpa ada sedikit pun kebutuhan kepadanya. Jika Dia butuh kepadanya pastilah Dia tidak kuasa mencipta dan mengatur alam semesta, seperti layaknya makhluk ciptaan. Dan jika Dia butuh untuk duduk dan bersemayam, lalu sebelum Dia menciptakan Arsy di mana Dia bertempat. Maha Tinggi Allah dari anggapan itu setinggi-tingginya.”[ Syarah al Fiqul Akbar; Mulla Ali al Qâri:75]

Abu Hanifah berkata:
قلت: أرأيت لو قيل أين الله تعالى؟ فقال- أي أبو حنيفة-: يقال له كان الله تعالى ولا مكان قبل أن يخلق الخلق، وكان الله تعالى ولم يكن أين ولا خلق ولا شىء، وهو خالق كل شىء.
”Aku (perawi) berkata, ’Bagaimana pendapat Anda jika aku bertanya, ’Di mana Allah?’ Maka Abu Hanifah berkata, ’Dikatakan untuk-Nya Dia telah ada sementara tempat itu belum ada sebelum Dia menciptakan tempat. Dia Allah sudah ada sementara belum ada dimana dan Dia belum meciptakan sesuatu apapun. Dialah Sang Pencipta segala sesuatu.” [ Al Fiqhul Absath (dicetak bersama kumpulan Rasâil Abu Hanifah, dengan tahqiq Syeikh Allamah al Kautsari): 25]))

Tertera pada cetakan kitab Al-Ibanah ‘An Ushuli Ad-Diiniyyah oleh Imam Abu Hasan Al-Asy'ary yang diTahkik Oleh Dr. Fauqiyah Husain Mahmoud Prof Di Universitas “Ain Syams, Kairo, Mesir cetakan 2 Tahun 1987, didapati dalam kitab Al-Ibanah tersebut
Imam Abu Hasan Al-Asy’ary menyatakan : ” Istiwa Allah bukan bersentuhan, bukan menetap, bukan mengambil tempat, bukan meliputi Arsy, bukan bertukar-tukar tempat, bukanlah Allah di angkat oleh 'Arsy, bahkan 'Arsy dan malaikat pemikul 'arsy-lah yang diangkat oleh Allah dengan kekuasaanNya, dan mereka dikuasai oleh Allah dengan keagunganNya “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar